Kamis, 14 Mei 2009

Surat Yakobus

Surat Yakobus

A. Pendahuluan

Dalam Kitab Perjanjian Baru, terdapat sekitar dua puluh satu surat. Diantaranya tiga surat kiriman Paulus ketika belum di penjara. Enam surat kiriman Paulus yang ditulis di dalam Penjara, Empat surat Paulus untuk Timotius yang merupakan surat-surat pastoral atau penggembalaan. Dan juga tujuh surat Am. Dalam surat Am tersebut, terdapat satu surat yang di tulis oleh Yakobus. Yakni Surat Yakobus.

Surat Yakobus ini memiliki ciri khas tersendiri disbanding denga surat-surat yang lain. Surat Yakobus merupakan surat yang unik, dan harus melelui beberapa proses sehingga dapat menjadi salah satu bagian kanon Alkitab yang ada seperti sekarang ini.

Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yakobus tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yakobus dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yakobus masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yakobus ke dalam daftar kitab-kitab sucinya[1]

Dari kutipan diatas, dapat dikatakan bahwa surat Yakobus harus melalui proses untuk dapat menjadi suatu bagian dalam kitab surat-surat dalam Perjanjian Baru. Sekalipun surat Yakobus ini adalah surat yang memiliki usia yang paling tua. Surat yang paling awal ditulis.

Diantara surat-surat yang ada dalam Kitab Perjanjian Baru, Surat Yakobus merupakan surat yang pertama diantara sejumlah surat yang ditujukan secara umum kepada orang Kristen, bukan kepada jemaat tertentu. Surat Yakobus juga merupakan salah satu surat yang sangat unik, sederhana, dan kontroversial. Surat ini merupakan surat yang sederhana karena hanya terdiri dari lima pasal saja. Selain itu, bahasa yang digunakan juga sangat mudah untuk dipahami dan dimengerti apa maksud surat ini ditulis. Surat ini banyak berisi nasihat-nasihat yang berkaiatan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, surat ini juga sangat kontroversial karena dalam surat ini, banyak ditemukan mengenai kitab ini yang sulit untuk dijelaskan. Siapa penulisnya? Apakah kiab ini memilii hubungan dengan bagian-bagian yang lain? Dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat para penafsir kitab ini mengalami kontroversi.

B. Mengenai penulis

Surat Yakobus ini ditulis oleh Yakobus. Namun Yakobus yang mana yang dimaksudkan, sehingga terjadi perdebatan mengenai siapa Yakobus yang menuliskan surat ini. Ada yang mengatakan Yakobus anak Alfeus, ada yang menafsirkan Yakobus saudara Yesus. Nama Yakobus sendiri dalam Alkitab Perjanjian Baru ditulis sebanyak empat puluh kali. Namun justru karena tidak ada perkenalan yang lebih spesifik dalam surat Yakobus ini, tentang siapa Yakobus yang dimaksudkan, maka kita harus memilih tiga di antara Yakobus yang ada dalam Perjanjian Baru.

1. Yakobus anak Zebedeus. Dia mati shayid, di bunuh oleh Herodes pada ± tahun 42 (KPR 12). Dan surat Yakobus ini diperkirakan ditulis antara tahun 45-49[2].

2. Yakobus anak Alfeus. Yakobus yang ini tidak sering disebutkan dalam Perjanjian Baru, karena ia bukanlah orang yang penting dalam sejarah gerja mula-mula. Sehingga kemungkinan bahwa ia yang menulis surat Yakobus adalah sangat kecil. Sebab jika ia yang menulisnya, maka ia akan lebih diperkenalkan atau memperkenalkan diri lebih jauh dari pada hanya menyebutkan namanya.

3. Yakobus saudara Yesus. Dia baru menjadi percaya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati (I Korintus 15:7). Dia menjadi pemimpin Yerusalem, yaitu golongan Yahudi. Dipandang szebagai sokoguru oleh Paulus (Galatia 2:9). Berperan penting dalam sidang Yerusalem (KPR 15:13; Galatia 2:9).

Bila Yakobus sungguh pengarangnya, maka ini tentulah Yakobus anak Alfeus (mat 10:3), atau lebih mungkin Yakobus, saudara Tuhan Yesus (Gal 1:19; juga lih. Mrk 6:3)[3].

Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan tokoh-tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Galatia 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Surat Yakobus sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Surat Yakobus benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak?

Selebihnya, Surat Yakobus langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato yang mengherankan, seandainya Surat Yakobus ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yunani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Surat Yakobus sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae"[4].Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Surat Yakobus. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Surat Yakobus dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Surat Yakobus dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis.

Banyak ahli berkeyakinan bahwa Surat Yakobus ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Surat Yakobus tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Surat Yakobus ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Surat Yakobus berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.

Adapun Yakobus saudara Yesus adalah orang yang terlibat dalam kepemimpinan gereja mula-mula, yakni di Yerusalem, menggantikan Petrus yang pergi meninggalkan kota itu. Paulus sendiri menyebutnya sebagai ”Sokoguru jemaat” (Galatia 2:9). Menurut Galatia 2:12, Paulus menjelaskan bahwa Yakobus adalah seorang pemimpin golongan Yahudi. Dengan demikian kita akan lebih memahami akan isi surat Yakobus yang berlatarbelakangkan Yahudi.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Yakobus yang dimaksudkan adalah Yakobus saudara Yesus (matius 13:55; Markus 6:3; Galatia 1:19) yang ditujukan kepada saudara-saudara ke-duabelas suku yang ada di perantauan.

C. Waktu Penulisan

Surat Yakobus ditulis pada masa awal kekristenan. Akan tetapi tidak begitu jelas kapan tanggalnya. Jika yang mengarang atau menulis surat ini adalah Yakobus saudara Yesus, maka tanggal harus sebelum tahun 62, karena pada tahun itu Yakobus mati. Ada beberapa hal yang dapat memberiotahukan kita kapan surat ini ditulis. Antaralain: masalah yang begitu dihebohkan pada masa itu, yaitu syarat-syarat terhadap orang kafir yang masuk Kristen, tidak disinggung sama sekali dalam surat ini. Itu berarti ada kemungkinan bahwa surat ini ditulis pada waktu jumlah orang Kristen yang berlatar belakang kafir belum terlal banyak. Yaitu sebelum adanya siding Yerusalem pada tahun 49. dan kalau itu benar, maka surat ini kemungkinan ditulis pada tahun antara tahun 45 dan 49.

D. Latar belakang penulisan

Sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem, Yakobus merasa bertanggung jawab untuk memberikan nasihat-nasihat kepada orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi. Dia mengetahui keadaan dan mau mengarahkan mereka dalam pergumulan yang mereka alami.

Problem utama dari penerima surat Yakobus adalah ketidakharmonisan antara sebab dan akibat dari kehidupan rohaninya. Mereka yang mengaku telah diselamatkan ternyata tidak menjadikan Tuhan sebagai Raja dalam hatinya, sehingga perbuatannya bobrok. Mereka yang mengaku beriman kepada Kristus ternyata tidak menunjukkan perbuatan (akibat) konkret yang sesuai dengan imannya. Mereka yang berdoa ternyata bertengkar satu dengan yang lain. Mereka yang beribadah kepada Tuhan ternyata tidak menunjukkan pengaruh ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah menganalisa akibat yang muncul dalam kehidupan orang Kristen, penulis surat Yakobus menyimpulkan bahwa persoalannya bermuara kepada masalah relasi dengan Tuhan. Mengapa mereka bertengkar satu dengan yang lain? Mereka bertengkar karena kasih Allah dalam hati mereka kurang. Mengapa mereka mengikuti peraturan duniawi? Mereka bertindak seperti itu karena tidak taat kepada Kristus. Mengapa mereka merencanakan hidup menurut perspektif diri sendiri? Karena mereka sombong dan tidak mengakui pemeliharaan Tuhan. Mengapa mereka berlaku kasar dan memandang muka terhadap saudara seiman? Mereka berbuat demikian karena mereka lebih memperhatikan hal duniawi. Bukankah inti persoalan eksternal mereka berpusat pada persoalan internal?

Yakobus menasihati orang Kristen supaya hidup harmonis antara internal (anugrah Tuhan yang diterima) dan eksternal (kenyataan hidup sehari-hari). Surat Yakobus ini searah dengan nasihat Rasul Paulus agar orang Kristen hidup sesuai dengan panggilannya (Filipi 1:27), agar Kristus di dalam hati orang Kristen nyata bagi semua orang (2 Korintus 13:5, Kolose 3: 15-16), dan agar orang Kristen menjadi surat Kristus yang tertulis yang bisa dibaca oleh setiap orang (2 Korintus 3: 1-3). Tuhan memanggil gereja-Nya untuk menguji diri apakah kehidupan eksternal telah sesuai dengan realitas internal? Jikalau tidak, maka kita perlu bertobat dan diperbarui oleh Tuhan. Surat Yakobus tetap berbicara kepada orang Kristen pada zaman ini untuk evaluasi diri.

E. Tujuan Penulisan

Surat Yakobus tidak memberikan informasi yang spesifik tentang tujuan atau alamat suratnya tersebut. Dalam Yakobus 1:1, penulis hanya memberikan petunjuk bahwa suratnya ini ditujukan kepada ”keduabelas suku di perantauan”. Agaknya yang dimaksudkan adalah bangsa Yahudi yang berada di luar Palestina.

Istilah ”Kedua belas suku di perantauan”, dapat mengungkapkan untuk orang-orang Yahudi yang berada diluar tanah perjanjian, dan di sini melambangkan segenap umat Allah[5]. Kemungkinan juga, bahwa kedua belas suku yang dimaksudkan adalah orang-orang Yahudi yang berada di luar Palestina yang kepergian mereka karena penawanan, atau juga yang karena kemauan mereka sendiri untuk merantau[6].

F. Isi Surat

Surat Yakobus banyak berisi mengenai hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Surat Yakobus tampaknya bertolakbelakang atau bertentangan dengan surat yang ditulis oleh Paulus. Berbedaan itu tampak pada penekanan yang diberikan dal;am masing-masing surat. Paulus menekankan hidup oleh karena iman. Sedangkan Yakobus, seolah ia menekankan perbuatan baik sebagai cara untuk memperoleh kehidupan.

Akan tetapi, pada dasarnya perbedaan itu adalah disebabkan karena perbedaan konteks tujuan surat itu ditulis. Yakobus menekankan perbuatan baik karena orang-orang yang ditujunya ada dalam situiasi yang tidak mengalami perkembangan atau pertumbuhan dalam imannya. Mereka menyatakan beriman, akan tetapi tidak menyatakan atau mewujudkan iman itu. Sehingga iman meeka tidak berbuah. Dan sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem, Yakobus merasa bertanggung jawab untuk memberikan nasihat-nasihat kepada orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi. Dia mengetahui keadaan dan mau mengarahkan mereka dalam pergumulan yang mereka alami. Yakobus memberikan pengarahan bahwa iman harus dinyatakan dengan perbuatan. Seperti yang ia tuliskan dalam suratnya.

Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yakobus 2:26 )

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (Yakobus 2:17 )

Kedua kutipan ayat di atas memberikan penekanan yang disampaiklan oleh Yakobus untuk orang-orang perantauan bahwa iman tanpa adanya perwujudan melalui tindakan atau pertuatan pada hakikatnya adalah mati. Jadi sia-sia orang yang mengaku beriman tetapi dalam kehidupannya tidak menampakkan bahwa mereka beriman. Semuanya itu mati.

Ola Tuluan, dalam bukunya yang berjudul Introduksi Perjanjian Baru, membagi surat Yakobus ini ke dalam empat bagian atau pokok besar[7], yakni:

1. Nasihat-nasihat dalam menghadapi pencobaan (1:2-18).

2. Nasihat-nasihat untuk menjadi pelaku Firman Tuhan (1:19-25).

3. Bukti-bukti iman yang benar (1:26-5:6).

4. Anjuran dan dorongan (5:7-20).

Dari pembagian Surat Yakobus yang diberikan oleh Ola dalam bukunya tersebut, kita dapat melihat bahwa isi dari Surat Yakobus adalah banyak mengenai bagaimana cara hidup berjemaat secara keseharian. Berbagai nasihat dan teguran ditulis dalam surat ini. Ini sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada Yakobus, yaitu sebagai pemimpin atau dapat juga disebut sebagai gembala jemaat yang mempedulikan jemaatnya.

Yakobus bukan hanya memberikan suatu pengajaran teori saja. Dalam arti, bukan hanya untuk dipahami atau dimengerti saja. Akan tetapi Yakobus menuntut setiap pembaca suratnya agar melakukan setiap nedsihat-nasihat yang ada. Terlebih lagi terhadap Firman Allah. Ia menulis:

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya (Yakobus 1:22-24).

Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa Yakobus menuntut setiap pembacanya bukan hanya sebagai pembaca saja, melainkan juga sebagai pelaku dari apa yang dibacanya. Yang dalam hal ini adalah Firman Tuhan.

Yakobus menegaskan kepada setiap pembacanya mengenai hubungan para pembaca dengan Firman Tuhan. Tidak cukup para pembaca hanya bersikap ataupun berlaku sebagai pendengar saja, melainkan juga harus menjadi pelaku Firman itu. Dalam arti: setiap orang percaya (orang Kristen) dilahirkan kembali oleh Firman Allah. Dan hidup yang baru itu bergantung dari setiap Firman Allah. Tanpa Firaman Allah, maka hidup itu akan mati. Dengan demikian setiap orang percaya dapat mengerti betapa pentingnya Firman Allah yang berkuasa itu tertanam dalam hati orang-orang Kristen.

Dalam suratnya, Yakobus memakai ilustrasi yang sangat abik, ia mamakai ilustrasi tentang seseorang yang memandang mukanya di cermin. Yang hanya sepintas saja mengerti atau tahu bagaimana mukanya, tetapi seketika itu juga ia lupa akan mukanya sesaat setalah meninggalkan cermin. Ia tidak dapat memahami dengan sungguh-sungguh bagaimana mukanya itu. Demikian juga halnya dengan Firman Tuhan dalam kehidupannya, orang-oeang yang seperti ini adalah tipe orang yang hanya mendengar Firman Tuhan tanpa meresapinya dan tidak melakukannya. Hanya orang yang meneliti Firman Tuhan yang tidak akan melupakan Firman itu dan yang akan melakukannya dalam kehidupannya.

G. Kesimpulan

Dengan demikian secara keseluruhan Yakobus mengajarkan bahwa sekalipun orang Kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang Kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!. Satu hal penting yang perlu kita ingat adalah : jangan berbuat apa-apa supaya anda diselamatkan/masuk surga (cukup beriman saja kepada yesus). Tetapi lakukanlah perbuatan baik sebagai bukti bahwa anda benar-benar sudah diselamatkan.

Yakobus menasihati orang Kristen supaya hidup harmonis antara internal (anugrah Tuhan yang diterima) dan eksternal (kenyataan hidup sehari-hari). Surat Yakobus ini searah dengan nasihat Rasul Paulus agar orang Kristen hidup sesuai dengan panggilannya (Filipi 1:27), agar Kristus di dalam hati orang Kristen nyata bagi semua orang (2 Korintus 13:5, Kolose 3: 15-16), dan agar orang Kristen menjadi surat Kristus yang tertulis yang bisa dibaca oleh setiap orang (2 Korintus 3: 1-3). Tuhan memanggil gereja-Nya untuk menguji diri apakah kehidupan eksternal telah sesuai dengan realitas internal? Jikalau tidak, maka kita perlu bertobat dan diperbarui oleh Tuhan. Surat Yakobus tetap berbicara kepada orang Kristen pada zaman ini untuk evaluasi diri

H. Manfaat atau implikasi bagi saya

Surat Yakobus ini banyak membicarakan mengenai hal-hal praktis dalam kehidupan orang percaya. Dan bagi saya pribadi, surat yakobus ini kembali mengingatkan saya dalam perwujudnyataan iman saya kepada Yesus yang harus saya nyatakan dalam perbuatan saya, dalam sikap hidup saya sesehari. Seperti Yakobus tekankan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Seperti tubuh tanpa roh, itulah iman tanpa perbuatan.

Daftar Pustaka

1. …….. , Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta

2. Tulluan, Ola (1999) Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII)

3. Santosa, Ester. dkk. 2004. Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab (Terj). Kalam Hidup

4. Sutanto, Hasan (2006), Surat Yakobus Berita Perdamaian Yang Patut Didengar, Malang; Literatur SAAT.

5. Widjana, Doreen (2004) Surat Yakobus-Kupasan Firman Allah, Bandung; Lembaga Literatur Baptis

6. Tenney, Merrill C. (1992) Survey Perjanjian Baru, Malang; Gandum Mas

7. Hadiwijayata, A.S. (2006)Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru (Terj). Yogyakarta; Kanisius

8. www.sabda.org/sabdaweb/bible/pengantaryerusalem-yakobus



[1] www.sabda.org/sabdaweb/bible/pengantaryerusalem-yakobus

[2] Introduksi Perjanjian Baru. Olla Tulluan. Hal 253

[3] Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant dan Robert J. Karris, hal . 434

[4] www.sabda.org/sabdaweb/bible/pengantaryerusalem-yakobus

[5] Handbook to the bible, Yayasan Kalam HIdup, hal. 715

[6] Surat Yakobus berita perdamaian yang patut didengar, Pdt Hasan Sutanto, D.Th. Literatur SAAT. Hal.40

[7] Introduksi Perjanjian Baru. Olla Tulluan. Hal 259.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar